Belum lama ini saya menonton film JFK yang dibuat tahun 1991 karya Sutradara Oliver Stone yang mengisahkan Jim Garrison seorang Pengacara Wilayah yang mencoba menguak misteri kematian Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy. Dalam Film tersebut diceritakan bahwa dalang pembunuhan John F. Kennedy justru dari pihak pemerintahan Amerika sendiri yaitu CIA, FBI, dan wakil presidennya L.B. Johnson yang bekerja sama dengan agen mata-mata Rusia dan Mafia dari Kuba. Alasan di bunuhnya John F. Kennedy adalah karena kebijakan-kebijakannya tak sepaham dengan misi Amerika terhadap dunia, salah satunya adalah kebijakan yang ingin memulangkan pasukan Amerika dari Vietnam dan juga tidak menyetujui untuk membantu orang-orang buangan Kuba untuk menggulingkan Fiedel Castro.
JFK sendiri dikenal sebagai salah satu tokoh perdamaian dunia oleh karena itu CIA melakukan konspirasi dengan membuat rencana pembunuhan yang di atur sedemikian rupa dan sangat gamblang dijelaskan dalam film bagaimana terjadinya proses penembakan tersebut. Dalam film tersebut terkuaklah rahasia bahwa Amerika melalui CIA akan membunuh siapa saja pihak yang tidak sepaham dengan cara apapun karena kepentingan Amerika (CIA) disini adalah menciptakan perang di dunia karena melalui perang mereka mendapatkan uang dan juga terealisaikan tujuan politiknya. Ya , Perang adalah Bisnis Amerika.
Apa itu CIA ?
CIA atau Central Intelligence Agency merupakan agen rahasia pemerintah Amerika Serikat (BIN-nya Indonesia).
Didirikan pada 18 September 1947 sesuai penandatanganan NSA 1947 (National Security Act) oleh Presiden Harry S. Truman
CIA merupakan kamuflase dari OSS (Office
of Strategic Services) yang menjadi agen spionase Amerika untuk
pemenangan Perang Dunia II (PD II).
Pada saat PD II berkecamuk, Amerika
secara diam-diam mengambil kesempatan dengan membangun kekuatan baru
secara rahasia di Eropa demi membendung pengaruh komunis.
Kerja keras agen rahasia Amerika semakin
bertambah, ketika fasis Hitler mengalami kekalahan dan diikuti
kemenangan dan kemunculan kekuatan sosialis dan komunis di Eropa, Asia
dan Amerika Latin.
Menghadapi ‘bahaya’ pertumbuhan pesat pengaruh komunis di berbagai negeri tersebut, dan demi mempengaruhi hasil pemilu di Italia [saat itu Italia akan melakukan pemilu, dan dari perhitungan survei, pemilu akan dimenangi Partai Komunis Italia] agar menguntungkan politik Amerika Serikat, diadakannya kampanye di kalangan orang kaya Wallstreet untuk menyumbangkan dana buat melakukan operasi-operasi rahasia.
Dalam hubungan ini, Allen Dulles dengan keras mendesak Pemerintah Amerika Serikat untuk segera mendirikan organisasi-organisasi rahasia demi melakukan berbagai operasi khusus-opsus. Maka pemerintah [AS] menyetujui dan menetapkan dua ketentuan penting mengenai operasi-operasi khusus ini :
1. Harus rahasia
2. Harus masuk akal untuk dapat dibantah adanya keterlibatan Pemerintah [AS], seandainya operasi tersebut terbongkar.
(Sumber : Bung Karno Korban Perang Dingin, hal:103)
Salah satu badan operasi khusus yang didirikan adalah CIA pada tahun 1947.
Fungsi CIA
Seperti dijelaskan di depan, CIA muncul
sebagai reaksi perang dingin yakni antara Amerika Serikat (liberal
kapitalis) dengan Uni Soviet (komunis-sosialis). Diawal-awal
pembentukan, aksi-aksi CIA cukup memuaskan bagi pemerintah AS. CIA
berhasil menenggelamkan paham komunis dan sosialis melalui berbagai
konspirasi, sehingga perang ideologi cukup sukses dimenangkan Amerika.
Dengan berkurangnya pengaruh Soviet serta hancurnya negara-negara
sosialis melalui kudeta dan pemberontakkan, CIA mulai memasuki isu
keamanan energi.
Operasi-operasi yang awalnya merupakan
perang melawan ideologi (komunis, sosialis dan nasionalis), kini mereka
bertugas menguasai negara-negara yang kaya dengan sumber daya alam dan
minyak dibawah kendali AS. Mereka terus memburu negeri-negeri yang kaya
sumber daya alam, dari Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika hingga
Indonesia (Buku : Confession Economic Hitman dan A Game as Old As
Empire).
Untuk memuluskan rencana-rencana
kotornya, selalu ada EHM yang mendahului jalan CIA. Indonesia yang kaya
raya akhirnya dimiskinkan sejak 1967 hingga saat ini (penjajahan
ekonomi). Dengan bantuan-bantuan ahli ekonomi AS, EHM, CIA, Word Bank,
IMF, ADB, negara-negara seperti Indonesia, Panama, Paraguay terjerat
utang dan terjajah secara ekonomi. Begitu juga negara-negara Afrika yang
kaya dengan emas, alumunium, dan minyak, rakyatnya mati kelaparan.
Yang paling tragis, aksi-aksi lembaga dan
organisasi AS ini didukung oleh sejumlah oknum di pemerintahan sejak
Orde Baru. Emas dan Tembaga di Tembagapura disedot habis-habisan oleh
Freeport ditengah kemiskinan dan rendahnya pendidikan masyarakat Papua.
Kontrak migas pun dilelang seperti barang tidak berharga, dan mengakibat
Indonesia terkatung-katung tatkala harga minyak naik (Juli 2008 ) dan
konsumsi meningkat di atas 1 juta barel per hari.
Berbagai tindakan kejam perusahaan dan
kepentingan Amerika mendapat legitisami hukum lewat beberapa UU (yang
jelas melanggar UUD 1945). Kita tidak perlu bingung atas terbitnya
beberapa UU (Migas, Pendidikan, Ekonomi), karena produk hukum Indonesia
merupakan titipan pemerintah Amerika.
Selain kedua hal tersebut [ideologi,
keamanan energi dan ekonomi], CIA saat ini sedang bingung mengalahkan
sejumlah kelompok Islam Radikal yang disebut sebagai teroris seperti
Al-Qaeda, Taliban, Hamas, dan Hizbullah.
Beberpa Pemimpin Dunia yang Dibunuh oleh CIA ?
1. Hugo Chavez - Presiden Venezuela
Nicolas Maduro mengumumkan kematian
Presiden Hugo Chavez dalam siaran televisi nasional pada tanggal 5 Maret
2013 lalu, dia mengatakan bahwa penyakit kanker yang diidap oleh
presiden Venezuela Hugo Chavez adalah perbuatan musuh.
Stasiun
televisi ABC melaporkan, Rabu (6/3/13), dalam pidato sepanjang 30 menit
itu Maduro kerap menyerang pihak oposisi dan menyebut pada titik
tertentu musuh lama Venezuela telah berhasil membuat kondisi kesehatan
Chavez memburuk.
Seorang pengamat sekaligus kolumnis surat kabar the New York Times,
Kevin Barnett, dalam situs stasiun televisi Press TV di hari yang sama
menulis, “Chavez suatu kali pernah mempertanyakan kematian sejumlah
pemimpin negara Amerika Latin oleh penyakit kanker.”
“Setahun lalu, Chavez pernah berbicara di
radio nasional Venezuela. Dia mengatakan, sangat sulit dijelaskan
bagaimana mungkin beberapa pemimpin Amerika Latin meninggal karena
penyakit yang sama, yaitu kanker?”
2. Fiedel Castro - Presiden Kuba
Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba (Communist Party of Cuba)
pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam republik sosialis
satu-partai. Setelah tampil sebagai presiden, ia tampil sebagai komandan
Militer Kuba. Pada 31 Juli 2006, Castro menyerahkan jabatan
kepresidenannya kepada adiknya, Raúl untuk beberapa waktu.
Pada tahun 1947, ia ikut dalam upaya
kudeta diktator Republik Dominika Rafael Trujillo dan lari ke New York
(Amerika Serikat) karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya. Setelah meraih doktor di bidang hukum
pada 1950, ia memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah
atas pengambil-alihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista
pada 1952. Tahun 1953, ia memimpin serangan ke barak
militer Moncada Santiago de Cuba, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari
111 orang yang ambil bagian dalam serbuan itu tewas dan ia dipenjara
selama 15 tahun.
Setelah mendapatkan pengampunan dan
dibebaskan pada 15 Mei 1955, Fidel Castro langsung memimpin upaya
penggulingan diktator Batista. Perlawanan ini kemudian dikenal dengan Gerakan 26 Juli. Pada 7 Juli 1955, ia lari ke Meksiko dan bertemu dengan pejuang
revolusioner Che Guevara. Bersama 81 orang lainnya, ia kembali ke Kuba
pada 2 Desember 1956 dan melakukan perlawanan gerilya selama 25 bulan di
Pegunungan Sierra Maestra.
Di luar Kuba, Castro mulai menggalang
kekuatan untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan bekas negara Uni
Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, cita-cita dan
impiannya mulai diwujudkan dengan bertemu Hugo Chávez di Venezuela dan
Evo Morales dari Bolivia.
Menjelang hari ulang tahunnya ke-80 yang
jatuh pada 13 Agustus 2006, Fidel Castro menyerahkan tampuk
kepemimpinannya untuk sementara waktu kepada adiknya. Praktis, Raúl
merangkap jabatan, yakni sebagai Presiden Kuba dan Menteri Pertahanan
Kuba. Sebelum menyerahkan kepemimpinan, masa jabatan Fidel Castro dari 2
Desember 1976 hingga 24 Februari 2008, namun de facto hingga 31 Juli
2006.
Pengamat dan kolumnis The New York Times
Kevin Barnet, juga mengatakan pengawal Castro, Fabian Escalante, pernah
menyebutkan Badan Intelijen Amerika (CIA) sudah 638 kali mencoba
membunuh Castro. Metode CIA, kata dia, meliputi meledakkan
cerutu, senjata biologi, pil mematikan, bakteri beracun dalam kopi,
ledakan pengeras suara di mimbar pidato, penembak jitu, dan ledakan
granat bawah air hingga menggunakan radioaktif yang berbahaya, polonium
misalnya. Selain bahan radioaktif, ada pula bahan
kimia yang tak terdeteksi yaitu Thallium, bahan mematikan ini diambil
dari rumput laut dan dibuat menjadi cairan yang tidak berwarna, berasa
dan berbau. Thallium merupakan bahan yang sangat sulit dideteksi. Salah satu karakteristik racun ini adalah
ketika dicampurkan dengan makanan dan minuman, maka tidak akan merubah
rasa, warna maupun baunya. Racun ini juga dapat langsung disuntikkan ke
pembuluh darah.
Selain intelijen AS, beberapa intelijen dari negara-negara sekutunya
juga berbuat operasi rahasia yang sama, namun tetap harus disetujui
terlebih dahulu oleh intelijen AS dan Mossad Israel, Perancis misalnya.
3. Muammar Khadafi - Presiden Libya
Motif pembunuhan, menurut sumber-sumber
Libya, adalah untuk menghentikan Qadhafi agar tak buka mulut soal
hubungannya dengan Nicolas Sarkozy, yang disebut-sebut sangat dekat.
Sarkozy adalah Presiden Prancis pada saat itu. Qadhafi tewas pada tanggal 20 Oktober
2012 dalam serangan di kota kelahirannya, Sirte, oleh para pejuang dari
rezim baru. Sumber-sumber diplomatik di Tripoli, ibu kota Libya,
menyatakan untuk surat kabar Corriere della Serra Italia bahwa sang pembunuh kemungkinan besar adalah utusan Sarkozy.
“Sejak awal dukungan NATO untuk revolusi,
sangat didukung oleh pemerintah Nicolas Sarkozy, Qadhafi
terang-terangan mengancam akan mengungkapkan perincian hubungannya
dengan mantan Presiden Prancis, termasuk jutaan dolar yang dibayarkan
untuk membiayai pencalonannya pada pemilu tahun 2007,” tulis media ini. Salah satu sumber Tripoli mengatakan, “Sarkozy memiliki setiap alasan untuk mencoba membungkam Kolonel secepat mungkin.”
Para mantan pemimpin Barat, termasuk
Sarkozy dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, diam-diam
menjalin hubungan personal dengan Qadhafi. Mereka mengunjungi dia secara teratur dan membantu untuk memfasilitasi bisnis bernilai miliaran dolar Amerika dengan negara itu. Bahkan sebelum adanya penjara Guantanamo,
AS pernah meminta izin kepada Khadaffi untuk membuat sebuah penjara
persis seperti Guantanamo di tengah gurun Libya.
Awalnya Khadaffi tak setuju dengan permohonan AS yang ingin membuat
penjara mirip Guantanamo tersebut. Namun akhirnya penjara tersembunyi
khusus untuk orang-orang yang dianggap menentang AS itu sempat
terlaksana. Hal ini adalah sebagian kecil dari banyak rahasia tingkat
tinggi yang tak diketahui dunia luar.
Sarkozy, yang pernah menyambut Qadhafi sebagai “pemimpin saudara” selama
kunjungan kenegaraan ke Paris, dikatakan telah menerima jutaan uang
dari Libya untuk mendanai kampanye pemilihannya tahun 2007.
Teori konspirasi akan menjadi perhatian
besar bagi Inggris yang mengirim jet untuk mengebom Libya tahun 2012
dengan alasan tujuan ‘menyelamatkan nyawa sipil’. Sebuah mandat PBB menyatakan bahwa sekutu
Barat tidak bisa ikut campur dalam politik internal negara. Namun
pengeboman hampir setiap hari terjadi dengan ‘penasihat’ militer Prancis
dan Inggris membantu di lapangan. Soal siapa pembunuh Qadhafi secara
tersirat pernah disampaikan Mahmoud Jibril, yang menjabat sebagai
Perdana Menteri interim, menyusul penggulingan Qadhafi. Ia mengatakan
kepada televisi Mesir, “Itu adalah agen asing yang berbaur dengan
brigade revolusioner untuk membunuh Qadhafi.”
4. Yasser Arafat - Pemimpin Palestina
Misteri kematian mantan pemimpin
Palestian Yasser Arafat kembali menjadi bahan pemberitaan sejak
kematiannya yang mencurigakan banyak pihak. Pasalnya, temuan terbaru pakar
radiofisika dari Univeritas Lausanne, Swiss, Francois Bachud
menunjukkan, pemimpin legendaris itu dibunuh menggunakan racun kimia
jenis Polonium yang mengandung radioaktif. Sebelumnya, salah satu teka-teki penyebab
kematian Yasser Arafat disebut-sebut karena diracun zat kimia langka,
jenis Thallium. Bachud melakukan penelitian di laboratorium di Swiss
berdasarkan sampel biologis yang diambil dari benda-benda peninggalan
Arafat.
“Kesimpulannya yakni kami menemukan
kandungan besar polonium dalam sampel-sampel tersebut,” jelas Bochud
yang merupakan Kepala Institut Radiofisika di Universitas Lausanne
kepada Al-Jazeera dan dilansir oleh AFP, Rabu (4/7/2012). Sampel itu diperoleh setelah Suha, istri
Arafat menyerahkan beberapa benda peninggalan suaminya kepada rumah
sakit militer Percy di Paris, Prancis. Di antaranya, pakaian terakhir
yang dikenakan, sikat gigi, dan kafiyeh yang sering digunakan Arafat.
Kandungan polonium yang ditemukan, kata
Bochud sangat tidak wajar karena selain sangat tinggi, juga ditemukan
dalam pakaian dan benda-benda yang digunakan sehari-hari. Namun, menurut
dia, analisis lebih lengkap akan membantu bila jasad Arafat bisa
diperiksa kembali. “Jika Suha ingin mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi pada suaminya, kami memerlukan sampel — maksud saya,
melalui penggalian makam dan memeriksa jasadnya untuk memberikan kami
sampel yang mengandung polonium dalam jumlah tinggi guna mengetahui
apakah memang dia diracun,” jelas dia.
Sedangkan Yaseer Arafat sendiri meninggal di rumah sakit militer Percy
di Paris pada usia 75 tahun. Saat itu, kematian penerima hadiah Nobel
Perdamaian itu dikabarkan meninggal karena penyakit misterius. Agen
rahasia Mossad dari Israel pun dituding berada dibalik kematian itu
meski sampai saat ini tidak ada pembuktian mengenai hal itu.
5. John F. Kennedy - Presiden Amerika
Pada 1960, ia menjadi termuda yang dipilih menjadi Presiden Amerika
Serikat dan termuda kedua setelah Theodore Roosevelt untuk jabatan
presiden. Kennedy menjadi presiden setelah dilantik pada 20 Januari
1961. Jabatan kepresidenan John F. Kennedy
terhenti setelah terjadi pembunuhan terhadap dirinya pada 1963. Ia tewas
oleh terjangan peluru saat melakukan kunjungan ke Dallas (Texas) pada
22 November 1963.
Kennedy roboh saat mobil terbuka yang
membawanya melintas di kerumunan orang yang menyambut kunjungannya. Pada
25 November 1963, jenasahnya dimakamkan di Arlington, Washington, DC.
Sebanyak 800.000 orang ikut berkabung di jalanan Washington. Pembunuhan Presiden John F Kennedy adalah pembunuhan tak terungkap secara pasti, hingga kini.
Dalam beberapa tahun terakhir malah disebutkan bahwa pembunuhan presiden
John F Kennedy memang direncanakan oleh CIA. Badan intelijen negara
CIA, kata Barnett, juga sudah melakukan percobaan pembunuhan terhadap
sejumlah pemimpin Amerika Latin yang menolak keinginan Amerika.
Amerika selalu mendefinisikan teroris adalah seseorang, kelompok atau
sejenisnya yang tak sefaham dengan aturan dan tak mau di dikte oleh
negara Paman Sam itu, maka disebutlah sebagai teroris!
6. Soekarno - Presiden Indonesia
Dulu di Indonesia, saat dipimpin oleh sang proklamator presiden Sukarno, juga sempat akan dibunuh berkali-kali. Sukarno ingin dibunuh mulai dari pihak
Belanda hingga pihak CIA Amerika, bahkan antek-antek CIA berkulit
pribumi juga ikut didanai. Rencana pembunuhan Presiden Sukarno
melalui beberapa kali usaha kudeta dan pemisahan diri suatu wilayah,
hingga keinginan merubah faham politik dan sejenisnya.
Indonesia diusahakan agar menjadi faham
demokrasi, kebebasan, kapitalisme dan banyak faham lainnya, agar
Indonesia tak utuh, alias terpisah dan tercerai-berai. Mirip banyak
negara di dunia yang berhasil dipisahkan seperti Korea Utara & Korea
Selatan, Jerman Barat dan Jerman Timur, Vietnam Utara dan Vietnam
Selatan, Yaman Utara dan Yaman Selatan, Israel dan Palestina, India dan
Pakistan serta Bangladesh dan masih banyak lainnya, semua perpecahan itu
akibat pihak AS, dunia barat dan sekutunya yang menghasut rakyat
negara-negara tersebut.
7. Munir Sahid Thalib
Secara pandangan netral, Munir
membahayakan pihak Indonesia yang dianggap banyak melanggar HAM,
walaupun itu digunakan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan,
kedaulatan serta kestabilan negaranya. Tapi dari konspirasi tingkat bawah, Munir
tewas diracun dari pihak intelijen Indonesia saat di pesawat, ia
meninggal di Jakarta jurusan ke Amsterdam pada 7 September 2004 pada
umur 38 tahun. Pihak Indonesia dituduh membunuhnya agar isyu HAM tak
lagi ada.
Namun dari konspirasi tingkat tinggi, justru Munir diracun oleh pihak AS melalui orang suruhan atau antek AS dan dunia barat. Walaupun benar, namun akibat media dan
cuci otak rakyat disuatu negara, maka isyu tingklat bawahlah yang lebih
dipercaya, diracun oleh pihak Indonesia. Mereka para awam, tak lagi dapat melihat
segalanya dalam pandangan netral, pandangan yang “siapa yang
mengendalikan HAM dan dunia”, sedangkan isyu tingkat atas ini, akan
dicemoohkan.
Masih banyak tokoh - tokoh dunia yang dibunuh di mulai dari Abraham Lincoln, Martin Luther King Jr. Saddam Husein, Osama Bin Laden dan lain-lain. Pembunuhan terhadap para pemimpin
“negara-negara penentang” aturan ala koboi Amerika tidak selalu sebagai
acuan pihak AS dan sekutunya. Mereka banyak memiliki program, misi dan
operasi untuk menghancurkan yang dianggap melawan.
Tak sedikit justru teman-teman dan
pendukung Amerika dan sekutunya sendiri juga justru dibunuhnya. Selain
membunuh Muamar Khadaffi yang justru sempat setuju dengan penjara
politik sebelum ada penjara Guantanamo didirikan di gurun Libya, Saadam
Hussein juga sempat menjadi “anak buah” Amerika dalam perang Iran –
Irak. Dalam peperangan tersebut, AS justru membantu Irak dalam perang
antar negara tetangga ini. Namun akhirnya Saddam Hussein justru
digulingkan dengan alasan penggunaan “senjata pembunuh massal” yang
hingga detik ini tak terbukti!
Begitu pula saat perang dingin antara AS
dan (dulu) Komunis Soviet. Amerika menggunakan para pejuang Taliban di
Afghanistan untuk menggempur Soviet, AS menggunakan “orang dan pihak
lain” agar berlumuran darah, sedangkan AS duduk manis dibelakang meja,
menonton. Namun saat perang dingin usai, Taliban
justru “diburu dan dihajar” habis oleh negara koboi ini. Semua pihak
yang bersebrangan namun bisa tunduk, tetap akan dihajar oleh AS disaat
negara itu kembali tenang, kecuali para sekutu-sekutu lamanya.
Dalam “menyerang” musuh-musuhnya yang tak
mau di dikte, pihak AS dan sekutunya selalu menggunakan cara yang
efektif. Mulai dengan cara membunuh dengan cara membom, menembak,
meracuni musuhnya, isyu untuk menggoyangkan pemerintahan melalui
“antek-antek” pribumi atau oposisi dinegara tersebut, hingga isyu
tentang hak azazi manusia. Padahal AS adalah justru negara yang termasuk
buruk dalam masalah hak azazi manusia.
Jika cara tersebut tak mempan, maka AS
akan menyusupi agen dan antek-anteknya lebih dalam lagi. Karena disetiap
negara pasti ada kelompok yang menginginkan kekayaan semata, juga ada
kelompok yang sakit hati terhadap pemerintahnya, rasa selalu tak puas
dan sejenisnya, maka anggota intelijen AS akan mulai membuat negara
tersebut untuk berselisih, membuat kerusuhan, hingga berperang di dalam
negerinya sendiri alias sesama bangsa yang sama.
Jika bangsa dan warganya sendiri tak
mempu membunuh pemimpinnya sendiri, maka AS akan menggunakan media dan
propagandanya. Dengan memegang setiap media, AS akan dapat menghasut
rakyat disuatu negara terhadap isyu-isyu politik yang berkembang. Setelah rakyat disuatu negara berhasil di cuci otak dan diubah pola pikirnya, maka AS akan menggunakan apa yang dinamakan Operation false flag. Dan operasi tersebut dalam banyak track record dan sejarah, dinilai sangat mujarab.
Operation False Flag, atau
bahasa Indonesianya kira-kira “Operasi Bendera Palsu”, merupakan sebuah
operasi rahasia yang dibuat sedemikian rupa untuk menipu publik sehingga
publik mengira operasi tersebut dilakukan oleh kelompok lain. Tujuan dari operasi ini adalah
justifikasi oleh pelaku operasi rahasia tersebut untuk menyerang negara
lain yang telah direncanakan, yang selama ini menjadi musuh atau
oposisinya.
Namun, masing-masing negara yang
menjalankan operasi ini tentunya memiliki kepentingan-kepentingan yang
lain meskipun tujuan umum dari operasi ini adalah SAMA. “Jadi, jika Anda berpikir bahwa Presiden
Venezuela, Hugo Chavez dan beberapa pemimpin dunia yang bersebrangan
dengan AS, dan juga tokoh-tokoh yang berpihak kepada AS, serta
tokoh-tokoh HAM dunia meninggal secara wajar bahkan oleh “musuh barat”
dengan begitu saja, maka sepertinya Anda naif,” kata pengamat sekaligus
kolumnis surat kabar the New York Times, Kevin Barnett. Demikianlah, semoga tulisan admin bermanfaat untuk pengetahuan saudara-saudara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar